Artikel Burung Kormoran: Penyelam Ulung Pemangsa Ikan
Burung kormoran, yang juga dikenal dengan sebutan pecuk, adalah kelompok burung air berukuran sedang hingga besar yang tersebar luas di seluruh dunia, kecuali di kepulauan Pasifik tengah dan Antartika. Burung dalam famili Phalacrocoracidae ini memiliki tampilan yang khas dan sering kali terlihat menjemur sayapnya di bawah sinar katiesbeautybar.com matahari setelah menyelam, perilaku yang membuatnya terlihat unik. Di Indonesia, beberapa spesies kormoran dapat ditemukan, termasuk kormoran hitam kecil (Phalacrocorax sulcirostris) yang tersebar di Kalimantan, Jawa, dan Papua Nugini.
Deskripsi Fisik dan Habitat
Kormoran memiliki tubuh yang ramping dengan leher panjang berkelok yang sering terlihat miring ke atas saat berenang di permukaan air. Ciri paling menonjol adalah paruhnya yang panjang, tipis, dan berujung bengkok, yang dirancang sempurna untuk menangkap ikan. Kaki mereka berselaput penuh di antara keempat jari, berfungsi sebagai pendorong yang kuat saat berenang di bawah air.
Sebagian besar spesies kormoran memiliki bulu berwarna gelap, sering kali hitam atau cokelat kehitaman dengan kilau hijau atau ungu saat dilihat dari dekat. Banyak juga yang memiliki kulit wajah berwarna cerah—biru, oranye, merah, atau kuning—yang menjadi lebih cerah selama musim kawin. Burung pada gambar yang terlihat, kemungkinan adalah kormoran jambul ganda (Nannopterum auritum) atau kormoran Neotropik, dengan ciri khas kulit wajah kuning atau oranye dan mata berwarna pirus yang mencolok.
Kormoran adalah burung yang sangat adaptif dan dapat ditemukan di berbagai habitat akuatik, mulai dari pantai berbatu, muara sungai, hutan bakau, hingga danau dan sungai air tawar yang besar. Mereka biasanya bersarang secara koloni, sering kali di pohon, tebing, atau di tanah di pulau-pulau yang aman dari predator darat.
Perilaku dan Makanan
Kormoran adalah karnivora oportunistik, dan makanannya sebagian besar terdiri dari ikan. Mereka juga memangsa berbagai hewan air lainnya seperti krustasea (udang, kepiting), amfibi (katak, salamander), belut, dan terkadang serangga air atau ular air, tergantung ketersediaan di habitatnya. Rata-rata, kormoran dewasa mengonsumsi sekitar satu pon (sekitar 0,45 kg) makanan per hari.
Strategi berburu mereka sangat efisien. Kormoran menyelam dari permukaan air dan mengejar mangsanya di bawah air, menggunakan kaki berselaputnya untuk propulsi dan sayapnya untuk bermanuver. Mereka dapat menyelam hingga kedalaman 45 meter (150 kaki) dan tetap di bawah air selama beberapa menit. Paruh mereka yang bengkok membantu mereka menangkap dan memegang ikan dengan kuat. Ikan kecil biasanya ditelan di bawah air, sementara mangsa yang lebih besar atau sulit ditangani akan dibawa ke permukaan terlebih dahulu sebelum ditelan utuh, dibantu oleh tenggorokan mereka yang lentur dan elastis.
Uniknya, bulu kormoran tidak sepenuhnya kedap air seperti burung air lainnya, sebuah adaptasi yang mungkin membantu mereka menyelam lebih cepat dan lincah. Setelah menyelam, mereka akan kembali ke tempat bertengger—seperti batu, dahan pohon mati, atau dermaga—dan merentangkan sayapnya lebar-lebar di bawah sinar matahari untuk mengeringkan bulunya dan mengatur suhu tubuh.
Interaksi dengan Manusia dan Konservasi
Populasi kormoran, khususnya kormoran jambul ganda di Amerika Utara, telah pulih secara signifikan sejak larangan penggunaan pestisida berbahaya seperti DDT pada tahun 1970-an. Namun, pertumbuhan populasi ini terkadang menimbulkan konflik dengan para nelayan dan petani ikan (akuakultur) yang menganggap kormoran sebagai pesaing atau hama. Meskipun status konservasi global sebagian besar spesies adalah “risiko rendah” (Least Concern), beberapa populasi lokal menghadapi ancaman seperti kerusakan habitat dan polusi plastik di perairan yang dapat menyebabkan mereka salah mengira sampah sebagai makanan. Upaya konservasi terus dilakukan untuk memastikan keseimbangan ekosistem dan kelestarian burung yang memesona ini.
